Kamis, 30 Oktober 2014

Catatan 2

Seorang guru pernah menasehati: anakku, ada empat prilaku manusia yang amat khas--yang terkadang tidak disadarinya:
1. Menjawab bukan hal yang ditanyakan
2. Bertanya hal-hal yang sudah ada jawabannya
3. Berseru untuk mencari perhatian
4. Berkomentar tapi tidak cocok dengan topiknya
Maka, juga ada empat obatnya, anakku:
1. Mendengar sebelum bicara
2. Membaca sebelum menulis
3. Mencatat sebelum menerangkan
4. Melengkapi sebelum menilai
(By: Tere )

Selasa, 28 Oktober 2014

Fiksi 2: PAMIT



PAMIT
By: Shakuntala



Apa yang bisa merubah luka menjadi pualam atau yang bisa merubah airmata menjadi kristal?”

Lembaran ini semoga akan sampai padamu, meskipun aku tahu itu tidak mungkin. Tapi ketika bintang jatuh dari ranting langit, maka apapun akan menjadi mungkin, kecuali cinta kita. Kau tahu, jarak kita bukan jarak ribuan atau jutaan mil, melainkan jarak yang terpisah oleh waktu. Dan jika waktu adalah kupu-kupu, sudah sangat lelah sayap ini melang-lang menyusuri setiap detik, menantimu…
Menuliskan lembaran ini, untuk pertama kalinya aku menyadari bahasa menjadi tidak berguna. Karena tidak ada kata yang dapat mewakili, menebus atau memberi arti bagi “maaf”. Oleh karena itulah kenapa kita diajarkan untuk tidak mengumbar kata, karena begitu sesuatu diikrarkan, kita terikat, dan tidak bisa menariknya kembali. Kedengarannya memang sederhana, tapi tidak ada laku yang lebih ksatria dibandingkan menepati kata. Kata memang tidak selalu janji, tapi kata dapat mengikat hati, dan ketika itulah kata menjadi sesuatu yang harus ditepati.
Pada awal lembaran ini aku mengungkapkan bahwa kita terpisah oleh waktu. Aku terkenang pada cerita tentang Amba dan Bhisma. Sebagian orang mungkin hanya menganggap kisah itu sebagai kisah pewayangan tentang bagaimana kesatria harus menepati janji (pada Bhisma) dan tentang luka batin yang harus terbalas (pada Amba). Begini, jika aku boleh menceritakan dengan pemahamanku. Awalnya Bhisma memboyong  Amba dan kedua saudaranya semata-mata bukan untuk dirinya tapi untuk diserahkan pada adik tirinya. Ketika kekasih Amba berusaha merebut kembali kekasihnya namun kalah dalam peperangan dengan Bhisma, ada dua alasan kenapa Bhisma tetap membawa Amba. Pertama karena Bhisma merasa sebagai pemenang sehingga dia merasa berhak atas tawanan perang, kedua, karena Bhisma mencintai Amba. Alasan kedua adalah alasan yang sangat sulit dihindari juga untuk diakui, karena Bhisma telah terikat dengan sumpah yang tidak mungkin membuatnya bisa mencintai Amba.
Sedangkan Amba adalah yang tertolak. Ditolak oleh kekasihnya karena Amba telah bersedia dibawa ketika dalam perebutan, dan ditolak Bhisma yang telah membawanya karena Bhisma adalah ksatria yang harus menepati sumpahnya pada Dewa. Namun sesungguhnya Bhisma bukanlah ksatria, karena Bhisma tidak dapat menepati janji hatinya pada Amba. Hingga Amba harus pergi dan datang kembali pada masa yang berbeda sebagai Srikandi untuk membalas luka batinnya pada Bhisma.
Pemahamanku mungkin berbeda dengan pemahamanmu, atau pemahaman siapapun yang pernah membaca atau mendengar kisah tentang Bhisma. Namun setiap kisah selalu membawa pesan karena setiap kisah sangat mungkin akan terulang pada waktu, tempat dan pelaku yang berbeda.
Harusnya aku tidak perlu menuliskan itu, karena kau lebih memahami segala hal dibanding aku. Tapi sudahlah…
Kembali pada kisah Amba atau Srikandi. Sebenarnya apa yang menjadikan alasan Amba untuk terlahir kembali sebagai Srikandi. Dalang menceritakan reinkarnasi itu karena luka batin yang harus terbalaskan. Ada benarnya, karena pada akhir kisah, Srikandi benar-benar membunuh Bhisma. Tetapi pemahamanku berbeda, Srikandi adalah cinta Amba dan Bhisma. Kalaupun Srikandi pada akhirnya membunuh Bhisma itu adalah untuk mempertemukan kembali Bhisma dengan Amba. Bertemu pada dunia dan masa dimana Bhisma tidak lagi harus menjalankan laku ksatria.
Aku hanya teringat kisah pewayangan itu dan ingin berbagi kisah itu denganmu. Aku memang bukan Amba, kau juga bukan  Bhisma, dan tidak akan ada Srikandi diantar kita. Kita terpisah waktu tapi disini tidak berlaku reinkarnasi.
Malam sebelum aku menuliskan lembaran ini aku bermimpi, aku berjalan denganmu melewati tebing dan pematang. Jalan yang penuh kerikil, batu dan semak meranggas. Kau bercerita tentang orang-orang disekitar kita, juga tentang kita. Kau menunjuk jalan pada pematang yang terputus. Kau tahu, pada pandanganku, pada garis yang memisahkan jalan dan sawah aku tidak melihat kaki langit disana, atau apapun yang dapat menautkan kita selain keterikatan pada hal-hal diluar diri kita.
Dan malam ini, aku menuliskan lembaran ini untuk pamit padamu. Karena aku tidak bernilai  pada dunia yang kau bangun untuk dirimu sendiri. Memang sedikit terlambat untuk menyadari semua ini, tapi biarlah. Meskipun aku tidak pernah tahu apa yang akan merubah luka menjadi pualam, atau merubah airmata menjadi Kristal. Sekali lagi aku pamit, aku pamit dengan sayang.@
(Gemawiga_Cermin: Edisi September 2013)

Minggu, 26 Oktober 2014

Catatan 1

Karya besar selalu dibangun lewat kerja keras. Bukan lewat komentar atau banyak bicara. Seorang motivator ulung pun, yang memang pekerjaannya banyak bicara, tetap saja dia membangun karya besarnya dengan kerja keras. Selalu memperbaiki diri sendiri, riset, menghindarkan hal sia-sia, dan lain sebagainya.
Pun dalam hal lainnya. Esok lusa, kita akan melihat, orang2 yang dicatat dalam sejarah adalah yang bekerja keras secara kongkret. Sedangkan yg menghabiskan waktu banyak bicara, akan hilang ditelan jaman.
*Tere Liye

Kamis, 23 Oktober 2014

Lagu: jaga dia untukku...

Lagu Jaga Dia Untukku - Siti Nurhaliza

Mahu ku bersama
Mahu ku ke sana diriku tak disini lagi
Waktu tak bicara
Lama terasa seakan terhenti mengiringiku

Tenanglah duhai jiwa
Tebarlah tulus doa
Ku kepadanya saatku tiada

Tuhan Jaga dia untukku
Kala ku masih jauh
Bagai menghitung resah berkepingan berderaian

Tuhan Jaga dia untukku
Selamanya ku ada
Mencipta syurga bersama
Menyayangi mendampingi dia

Terbangkan diriku
Bersayap seribu biar detik menjadi laju
Langit pun mendengar
Jadi penawar mengusir debar jatuh ke dasar

Tenanglah duhai jiwa
Tebarkan tulus doa
Ku kepadanya saatku tiada

Tuhan jaga dia untukku
Kala ku masih jauh
Bagai menghitung resah berkepingan berderaian

Tuhan Jaga dia untukku
Selamanya ku ada
Mencipta syurga bersama
Menyayangi mendampingi

Mungkinkah ini menguatkan kita
Lambang cinta ku dan dia

@Shakuntala

Selasa, 21 Oktober 2014

RESENSI

RINDU: Tere Liya
hafiz@republikapenerbit.com
Ini adalah tentang "Perjalanan". Perjalanan yang akan membawa setiap hati menemui Sang Pencipta. Perjalanan yang membawa sebongkah kerinduan yang mendalam. Sebagaimana layaknya sebuah perjalanan selalu menemui pemberhentian dan disertai pertanyaan2. Pertanyaan yang tidak seharusnya ada, karena kita hanyalah bagian dari sebuah kisah, kita hanyalah pemeran tokoh. Dialah penulis yang sempurna untuk seluruh kisah kehidupan.
|Betapa berartinya sebuah "perjalanan"|
Ini adalah tentang "Perjalanan". Perjalanan yang akan membawa setiap hati menemui Sang Pencipta. Perjalanan yang membawa sebongkah kerinduan yang mendalam. Sebagaimana layaknya sebuah perjalanan selalu menemui pemberhentian dan disertai pertanyaan2. Pertanyaan yang tidak seharusnya ada, karena kita hanyalah bagian dari sebuah kisah, kita hanyalah pemeran tokoh. Dialah penulis yang sempurna untuk seluruh kisah kehidupan.
|Betapa berartinya sebuah "perjalanan"|

TELUK NARE LOMBOK

Teluk Nare adalah sebuah teluk yang berada di sebelah barat Pulau Lombok, jaraknya tidak terlalu jauh dari pusat Kota Mataram. Lokasi ini dapat ditempuh melalui jalur pantai barat, yaitu jalur di sepanjang pantai Senggigi, letaknya sebelum Pelabuhan Bangsal. Teluk Nare merupakan suatu kawasan pemukiman para nelayan, di sini banyak sekali terdapat kapal kapal nelayan, baik yang kecil, maupun yang besar, juga terdapat rumah rumahan di tengah laut. Selain tempat yang indah untuk sunset, di tempat ini juga terdapat penangkaran mutiara, yang dibudidayakan secara alami. Itulah sebabnya  Mutiara dari Lombok Barat termasuk yang paling elok di Indonesia.

PERJALANAN 2



SNA, Bukti  STIE Widya Gama Lumajang Sudah Menasional
SNA  (Simposium Nasional Akuntansi) bukan hanya sekedar agenda Ikatan Akuntan Indonesia Kompartemen Akuntan Pendidik (IAI-KAPd) yang membahas hasil-hasil penelitian bidang akuntansi pemerintah, akuntansi keuangan, pasar modal, dan perpajakan. Lebih dari itu, merupakan ajang pembuktian bagi dunia pendidikan tinggi dalam melakukan penelitian. SAN ke –XVII berlangsung Universitas Mataram, Mataram (24 – 27 September 2014). Di ajang ini,  sejauh peran  dari institusi STIE Widya Gama Lumajang ? Berikut catatannya yang diringkas dari berbagai sumber.
-------------------------------------- 
Melihat  peserta yang ada, maka SNA memang benar-benar merupakan ajang bergengsi. Seluruh perguruan tinggi ternama di Indonesia baik negeri maupun  swasta. Perguruan Tingg Negeri seperti Unair (Surabaya), UGM (Jogjakarta), Universitas Indonesia (Jakarta), Universitas Brawijaya (Malang) dan lainnya. Sedangkan dari Perguruan Tinggi Swasta ada nama Universitas Widya Mandala (Surabaya), Universitas Atma Jaya (Jakarta) dan Universitas Al-Azhar (Jakarta).  Malah ada yang berasal dari University Of New England yang melakukan kolaborasi dengan  salah satu perguruan tinggi di Indonesia.
Tema Simposium Akuntnasi XVII adalah Peran Akuntan Dalam Mewujudkan Sustainable Development Melalui Integrated Reporting. Dengan dua kegiatan utama simposium hasil-hasil penelitian (kelas internasional dan kelas nasional). Dan sidang pleno yang membahas perkembangan bidang ilmu akunntansi (seperti: audit berbasis risiko, akuntansi syariah dan sebagainya) beserta kritikan dan evaluasi praktisi bisnis terhadap pengembangan kurikulum pendidikan akuntansi di Indonesia. Selain itu ada kegiatan pendukung yaitu  panitia mengundang para pelaku bisnis untuk mempromosikan produk-produknya melalui stand-stand yang disediakan panitia di arena simposium.
Karya (baca : artikel) dari STIE Widya Gama Lumajang  yang berhasil menembus jajaran penelitian bersama dengan perguruan tinggi yang bergengsi ini berjudul Analisis Pengaruh  Anggota, Skala Koperasi,  Jumlah Kewajiban Dan Struktur Modal Terhadap Permintaan Audit Eksternal Koperasi Di Jawa Timu. Disajikan dengan apik oleh Ratna Wijayanti Daniar Paramita SE, MM di hadapan peserta lain. ‘’ Karya dari STIE Widya Gama dipresentasikan pada Kamis, 25 September 2014  pukul 14.00-16.00,’’ kata Ratna Wijayanti dengan serius. Sebelum dan sesudah karya  dari satu-satunya  sekolah tinggi ekonomi di Lumajang ini, ada karya-karya lain  yang juga ditampilkan. ‘’ Posisi dari artikel – artikel tersebut adalah sejajar,’’ paparnya.  Dalam arti, artikel yang dibawakan dan lolos dalam ajang ini melalui tahapan dan  persyaratan yang sama. ‘’ Tidak ada perbedaan antara  perguruan tinggi baik swasta maupun negeri,’’ ungkapnya bangga. Pokoknya memenuhi persyaratan dan dinyatakan lolos maka bisa mempresentasikan di forum ini. ”Ternyata STIE Widya Gama Lumajang tidak bisa lagi dipandang sebelah mata dalam ajang-ajang yang bersifat nasional. ‘’ Ajang SNA di Mataram merupakan bukti konkret terhadap semua ini,’’ tegasnya mantap.
Dalam forum ini, selain bisa mempresentasikan artikel, peserta  memperoleh kesempatan untuk bertemu dan berdialog maupun berdiskusi langsung dengan para penulis buku-buku penelitian yang sudah kondang dan banyak digunakan sebaga referensi baik di lingkungan akademik maupun publik. ‘’ Selama ini hanya tahu dari buku-buku yang dikarang, sekarang bertemu langsung dengan pengarangnya,’’ bebernya.  Tentu merupakan kesempatan langka karena tidak mesti bisa menemui secara langsung di luar forum SNA.
‘’ Banyak manfaat yang diperoleh  khususnya dalam mengukur  penelitian dari  lembaga pendidikan tinggi,’’katanya penuh harap.  Lembaga pendidikan tinggi boleh-boleh saja ada di daerah, namun  untuk urusan penelitian mampu lainnya   harus mampu menembus relung-relung tapal batas. Terbukti, STIE Widya Gama Lumajang bisa !

Fiksi 2: Janji Hati



JANJI HATI YANG TAK SETIA


Bahkan meski cinta sendiri yang datang menyapa, diperlukan banyak hal untuk memaknainya..

“Papa mencium dia?”
Hendri membasahi bibir yang mendadak kering. “Nggak sengaja Ma, khilaf.. namanya juga manusia.”
Sarah pernah mendengar itu sebelumnya, di apartemen itu, ketika itu. Malam ketika Hendri bersumpah, meski janji itu tak lantas membuat hatinya berdamai. Dan perasaannya benar. Laki-laki itu belum berubah.
“Nabi saja bisa salah, Ma..”
Sarah  mengangguk, dan bibirnya bergetar ketika berkata-kata, “ of couse! Kekhilafan nabi justru berisi pembelajaran buat manusia yang lain. Jangan bawa-bawa nabi untuk hal  ini.”
“Ma.. Allah maha pemaaf..” Hendrik menggenggam tangan Sarah, mencari hitam dimata Sarah sebelum melanjutkan, “Kalau Dia saja bisa memaafkan setiap dosa, kenapa Mama tidak?”
Sarah memandang laki-laki itu lekat-lekat. Bibirnya terkatup rapat. Nyaris tidak bisa dipercaya, untuk lelaki ini dia terpaksa mengalah.
Laki-laki disebelahnya menjelaskan panjang lebar peristiwa yang menurutnya salah paham. Sarah tidak ingin mendebat.
Salah paham apa yang mengantar laki-laki ke bibir perempuan?
Benarkah hanya sebatas itu?
Hanya Allah yang tahu..
Allah, bagaimana aku bisa menyebut namaMu dalam hati sepengap ini?
Logikanya tidak bisa menerima opsi ini. Tapi Sarah tidak bisa memutuskan apapun. Hatinya mencintai laki-laki itu. Dan Sarah telah menciptakan banyak lubang di hatinya untuk mengubur setiap kesalahan laki-laki itu.
“Ma.. Sumpah.. nggak akan kejadian lagi..” Hendrik mengangkat dua jarinya, mengiba lalu menciumi tangan sarah.
“Berapa kali lagi kamu harus bersumpah.. dan berkhianat?” Sarah tidak ingin menyakiti hati laki-laki itu dengan kata-katanya, tapi hati sarah serasa ingin meledak.
Mungkin untuk mewujudkan kebahagiaan memang harus berkorban. Mencintai adalah merelakan hati untuk disakiti.
***

Satu demi satu rasa sakit yang selama ini mengganjal hati Sarah kembali terkuak. Gunjingan teman dekat Sarah tentang Hendrik dan perempuan lain..
“Rambutnya lebih sebahu, kemerahan..”
“Pernah lunch di cafĂ© itu..”
“Sering terlihat mesra..”
Penjelasan-penjelasan itu  memunculkan kecurigaan dan mengobrak-abrik pertahanan diri sarah. Berapa banyak perempuan yang sudah singgah dihatinya. Atau mungkin Hendri memiliki hubungan khusus dengan seorang perempuan. Padahal dulu dia yakin terhadap cinta yang mereka miliki.
“Papa tidak main-main mencintaimu Ma..” Kata-kata itu dulu pernah menyejukan hati Sarah.
Tapi tidak.. Sarah tidak boleh emosi hanya karena gunjingan yang tidak jelas. Sampai pada dua tahun setelahnya Sarah masih berpegang pada keyakinan tipis, sementara berita-berita miring yang diterimanya semakin deras.
Berita-berita kemudian menjelma menjadi pengakuan dari seorang perempuan. Meski dia berjuang menahan diri, tak urung emosinya serta merta naik ke kepala. Tapi Sarah menyadari sepenuhnya, perempuan berpendidikan seperti dirinya tidak mungkin berteriak-teriak atau memaki laki-laki dengan kata-kata umpatan. Sarah tahu dia harus berpikir jernih.
“Hanya teman, mungkin bukan apa-apa”
Bisik hati itu seperti percik cahaya dikegelapan.
Laki-laki mana yang tidak memiliki teman perempuan. Mungkin sekedar lunch.. tidak lebih. Tapi perempuan itu tahu banyak hal tentang Hendrik yang pasti bukan suatu kebetulan belaka.
“Motor Hendrik dijual kan?” Sarah membelalak. Tidak menggangguk atau menggeleng. Dia hanya berharap perempuan itu bercerita lebih jauh.
O..God, rentetan cerita itu mengalir mulai dari yang remeh temeh tentang buah dan bakso, lunch dan shoping, hingga yang ramah tamah tentang apartemen dan bibir itu.
Selama ini sarah merasa hubungan mereka telah sempurna. Tetapi kesempurnaan itu menjadi kosong ketika hatinya berdarah. Luka yang tidak pernah dibayangkan akan ditorehkan oleh laki-laki yang selalu menatapnya dengan sorot cinta dan kesetiaan.
Sarah membenci hari dimana dia hanya menyimpan sendiri pertanyaan-pertanyaan yang mengganjal dihatinya. Tentang Cinta laki-laki itu untuknya. Tentang janji hatinya. Tentang kesetiaannya.

Beberapa menit berlalu..
“Jadi.. bagaimana selanjutnya?” Sarah membuka kembali percakapan, mencoba meluluhkan batu es.
“Sudah.. jangan membicarakan masalah ini lagi.. khilaf Ma.. Khilaf” Mata Hendrik lekat menatap Sarah.
Khilaf.
Bagaimana lah rasanya khilaf pada bibir seorang perempuan. Tapi Sarah tidak menemukan lagi kata-kata, mengingatnya saja sudah mengiris hatinya. Kemarahan dan luka pasti akan menguap.
Langit menggelap. Satu dua bintang mengintip. Sarah tidak akan pernah berhenti mencintai Hendrik. Laki-laki yang sudah menjadi pelengkap hatinya, menjadi penyempurna kekurangannya, yang telah melembutkan hatinya seiring dengan pertanyaan-pertanyaan yang tidak terjawab.
   ***

Dari cerpen: Asma (By: Shakuntala)

PERJALANAN 1



LIPUTAN
SEMINAR NASIONAL HASIL PENELITIAN DAN PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT

Kerjasama Universitas Mahasaraswati Denpasar dengan  Forum Layanan Ipteks Masyarakat (FLipMas) Wilayah Bali “Ngayah”

Pantai Sanur  sudah tidak lagi tersaput warna jingga “sunrise”. Ombak yang tenang, langit biru cerah dan aroma pantai yang khas mengantar peserta seminar nasional hasil penelitian menuju ruang Agung room, INNA GRAND BALI BEACH SANUR – BALI.
Peserta seminar nasional ini berdatangan dari penjuru nusantara, antara lain Medan, Padang, Menado, Makasar, Ambon, Parepare, Yogyakarta, Surabaya dan juga Bali. Mereka yang datangpun membawa kepentingan yang berbeda, ada yang akan menjadi pemakalah seminar penelitian (oral atau poster), pemakalah pengabdian masyarakat (oral atau poster) ataupun hanya sebagai peserta seminar. Namun tujuan utama mereka sama, untuk meningkatkan kualitas hasil penelitian dan pengabdian masyarakat, disamping tentu saja berwisata di pulau dewata.
TJok Istri Sri Ramaswati, SH,MM rektor Universitas Mahasaraswati (UnMas) Denpasar membuka acara seminar dengan menyampaikan terimakasih dan penghargaan yang setinggi-tingginya atas berkenan hadir seluruh peserta seminar baik sebagai pemateri ataupun sebagai peserta. Beliau juga menyatakan bahwa di kopertis wilayah 8, UnMas merupakan kampus yang paling banyak mendapatkan dana hibah penelitian dan pengabdian kepada masyarakat, oleh karena itu siap menerima kerjasama dalam bidang penelitian ataupun pengabdian. Tepat pukul 10.00 WITA acara seminar dibuka dengan pemukulan Gong sebanyak 5 kali, “Saya pukul 5 kali sama seperti Pancasila”, komentar bu Istri dengan senyumnya yang ramah dan disambut tepuk tangan seluruh hadirin.
Selanjutnya pada Sesi Pleno, bertindak sebagai moderator Dr. Ir. Ketut Widnyana, MP dengan pembicara utama (panel) yaitu Prof. Dr. Agus Subekti, Msc.,Ph.D beliau adalah Direktur Direktorat Litabmas Ditjen Pendidikan Tinggi dan Dr. Drajat Tri Kartono,M.si sebagai salah satu Reviewer penelitian Dikti.
“Tri Dharma Perguruan tinggi adalah kewajiban bagi setiap dosen, kalau mau jadi dosen harus melakukan penelitian dan kalau ada dosen yang tidak mau meneliti harusnya diberi hukuman” , ungkap Prof Agus yang disambut tepuk tangan peserta seminar. Beliau melanjutkan pengajaran yang dilakukan oleh dosen yang telah melakukan penelitian akan lebih berkualitas jika didukung oleh penelitian dosen. Pertama-tama dosen melakukan penelitian, selanjutnya hasil penelitiannya akan diimplementasikan pada kegiatan pengabdian masyarakat, dan ketika dosen melakukan pengajaran di kelas maka dosen tersebut akan dengan bangga bisa mengatakan:” menurut penelelitian saya …..”. Tepuk tangan hadirin  kembali memenuhi Agung Room A  yang nuansanya sangat kental dengan arsitektur Bali.
Peserta tampak sangat antusias menanggapi apa yang disampaikan prof. Agus, salah seorang peserta mengajukan pertanyaan yang rupa-rupanya mewakili suara hati peserta lain, “Jika memang penelitian itu sangat dibutuhkan oleh dosen, bahkan merupakan suatu kewajiban, kenapa persyaratan yang melengkapi penelitian di Simlitabmas sangat banyak dan terus terang lebih merepotkan dari penelitiannya itu sendiri.” Prof Agus sangat memahami itu, tapi itulah sistem, yang dibuat untuk memudahkan namun tetap saja tidak bisa mengakomodir seluruh kepentingan peneliti di seluruh Indonesia.
Pada sesi ini juga Dr. Drajat menyampaikan tentang manajemen penelitian, yang intinya UU tentang guru dan dosen, UU tentang sisdiknas dan UU tentang perguruan tinggi semuanya bermuara pada kewajiban dosen untuk melaksanakan Tri Dharma Perguruan Tinggi. Beliau juga menyampaikan tentang paragidma peneltian yang baru yaitu setelah melakukan riset dan membuat laporan penelitian maka yang tidak kalah penting adalah luaran penelitian, yaitu HAKI, Jurnal, Buku ajar atau kebijakan. Jadi menurut salah satu reviewer dikti ini, laporan penelitian bukan merupakan hasil akhir dari penelitian, luaran penelitian lebih penting dan harus ada, karena jika tidak dilaksanakana maka peneliti yang bersangkutan tidak akan bisa mendapatkan dana hibah pada pengajuan berikutnya.
Sesi ini berakhir tepat pukul 12.30 WITA dan dilanjutkan sesi pararel untuk presentasi seminar hasil penelitian baik dalam bentuk oral dan poster setelah makan siang. Sebanyak 86 abstraksi penelitian (oral) telah diloloskan panitia semnas melalui seleksi yang dikirim secara on line. Peneliti yang abstraksinya dinyatakan lolos selanjutnya mengirimkan artikel lengkap dengan gaya selingkung yang telah ditetapkan oleh panitia semnas. Selanjutnya, disinilah para peneliti memaparkan hasil penelitiannya sebagai salah satu bentuk luaran dari kegiatan penelitian dan sebagai aktualisasi pelaksanaan Tri Dharma perguruan tinggi. Selain seminar penelitian oral pada sesi ini juga dilaksanakan seminar penelitian poster yang diikuti sebanyak 76 poster yang juga tersebar dari seluruh wilayah Indonesia.
Pada Sesi pertama di ruang C (Agung Room 3) salah satu pemakalah  seminar nasional adalah dari STIE Widya Gama Lumajang atas nama Ratna Wijayanti Daniar Paramita, SE,MM dengan judul artikel yang diseminarkan “Permintaan audit sebagai variable intervening untuk pengaruh Jumlah anggota, size dan kewajiban terhadap kinerja keuangan koperasi”. Artikel seminar ini merupakan salah satu  luaran dari hasil  penelitian untuk skim Penelitian Dosen Pemula (PDP) yang mendapat pendanaan dari Dikti tahun 2013.
Pada hari kedua acara seminar nasional merupakan sesi pararel untuk bidang pengabdian masyarakat. Seperti halnya bidang penelitian, pada sesi ini pun dibagi dalam sesi oral dan poster. Pada kesempatan ini bertindak sebagai keynote speaker: Prof. Dr. Bambang Prasetya (Kepala Badan Standarisasi Nasional), Prof. Dr. Sundani Nurono Soewandhi (Ketua Flipmas Indonesia dan reviewer PPM Dikti), Ir. Gatot Murdjito,MS (reviewer PPM Litabmas Dikti). Hal penting yang disampaikan pada sesi pleno ini  bahwa masyarakat menunggu hasil pemikiran kita agar dapat membantu mensejahterakan  masyarakat. Jangan hanya terpancang pada nilai nominal yang diterima dari pendaaan Dikti, tapi apa yang bisa dimanfaatkan oleh masyarakat itu jauh lebih besar dan lebih bermakna. 
Pada kesempatan ini selain diisi oleh sesi pararel presentasi pengabdian masyarakat (oral dan poster), UNMAS Press juga meluncurkan sebuah buku: “Lanskap Budaya SUBAK” Buku ini ditulis oleh Prof. Dr. Sang Putu Kaler Surata, MS salah satu guru besar di Universitas Mahasaraswati Denpasar dan merupakan luaran dari Hibah penelitian PEER Science, Amerika Serikat.
Lanskap budaya merupakan pemandangan yang dibentuk dari perpaduan antara pekerjaan alam dan perilaku manusia. Salah satu lanskap budaya paling terkenal ke berbagai Negara adalah sawah berteras milik subak di Bali. Lanskap budaya subak terkenal bukan hanya karena pemandangannya yang indah, tetapi lebih pada kekayaan kebudayaan yang mencerminkan berbagai nilai kehidupan universal. Adanya nilai tersebut sehingga Badan Dunia untuk Pendidikan dan Kebudayaan (UNESCO) pada 12 Juni 2012 menetapkan lanskap budaya subak sebagai warisan budaya dunia. Itulah sekilas yang tertuang di dalam buku  Lanskap Budaya SUBAK.
Salah satu kegiatan yang tidak kalah penting dalam rangkaian acara seminar nasional ini adalah panitia memfasilitasi salah satu tujuan berwisata yaitu dengan kegiatan Field Trips pada hari ketiga dengan lokasi tujuan Pura Pegulingan (akulturasi budaya), Tirta Empul (Istana presiden), Balai subak Pulagan, Ceking (Terraced rice fields), desa Petulu (wisata biologis burung kokokan) dan wisata ubud. Acara ditutup dengan menikmati persembahan tari Legong Keraton.
Tidak ada kesan yang lebih mendalam kecuali setelah menuangkan dan berbagi dalam tulisan ini. Kiranya tulisan ini dapat menjadikan pemacu semangat untuk melakukan peneltian. "Sukses adalah sebuah proses, kualitas dari pikiran dan cara sikap,affirmasi kehidupan yang keluar" -Alex Noble
Semoga bermanfaat.