Minggu, 07 Juni 2015

Tulisan

 DUNIA  INDAH TANPA SKRIPSI

Oleh: Ratna WD Paramita

Judul tulisan ini merupakan salah satu DP BBM mahasiswa yang sedang menempuh Skripsi. Tidak hanya itu: Emak ingin aku wisuda, ooh skripsi penyebab sakit kepala, Dandan dulu biar gak revisi, error 404 judul skripsi not found... dan banyak lagi anekdot lain yang sudah tersedia dan tinggal copas. Babak penulisan Skripsi seolah menjadi babak paling menyedihkan selama masa perkuliahan. Namun seandainya skripsi dihapuskan menjadi syarat untuk menraih gelar sarjana S1, apakah benar “dunia indah tanpa skripsi”?

Wacana penghapusan Skripsi bagi Mahasiswa Strata 1 (S1) oleh Menteri Riset, Teknologi dan Pendidikan Tinggi (Kemenristek Dikti), Muhammad Nasir  disambut pro dan kontra dikalangan Akademis. Motivasinya adalah untuk menekan potensi kecurangan penyusunan tugas akhir. Penulisan skripsi sedang dikaji menjadi syarat opsional saja untuk lulus sarjana, sebagai gantinya nanti mahasiswa yang akan lulus akan diberikan pilihan-pilihan selain menyusun skripsi antara lain mengerjakan pengabdian ke masyarakat atau laporan penelitian di laboratorium. Apalagi proses kuliah selama ini terkait dengan tridharma pendidikan tinggi yang terdiri dari pembelajaran, penelitian, dan pengabdian kepada masyarakat (jpnn.com: 23 Mei 2015).

Bagaimanapun menulis merupakan salah satu bentuk perwujudan intelektualitas, sebagai media untuk mencerdaskan dan menularkan ilmu kepada penerus maupun orang lain. Penulisan skripsi adalah sebagai wujud dan implementasi akhir dari apa yang telah dipelajari mahasiswa selama masa pendidikannya. Juga sebagai langkah awal untuk mulai belajar melakukan sebuah penelitian yang sebenarnya.

Sangat diakui bahwa tidak semua mahasiswa memiliki kemampuan untuk menulis ataupun meneliti, sehingga kualitas dari skripsi yang dihasilkan pada perguruan tinggi tidak bisa dikatakan layak 100%. Namun inilah bagian dari pembelajaran yang harus dilakukan untuk mendukung literasi. Maka penghapusan skripsi akan menghambat atau akan semakin  menghambat minat menulis bagi mahasiswa dan para sarjana serta menghilangkan salah satu kesempatan bagi calon sarjana belajar menyusun karya tulis akademik.
Penulisan skripsi merupakan hasil akhir dari proses pembelajaran. Artinya pada masa perkuliahan mahasiswa sebenarnya sudah dibekali dengan teknik untuk menulis, melakukan analisis dan mempresentasikan  pada beberapa matakuliah. Mahasiswa yang benar-benar ingin belajar akan memanfaatkan kesempatan ini dengan baik dan tidak asal copy paste ketika menyelesaikan tugas-tugasnya.

Selain itu Dikti juga memberi peluang dan kesempatan bagi mahasiswa untuk belajar menulis baik sebagai hasil dari penelitian atau kegiatan kewirausahaan melalui kegiatan PKM. Kegiatan seperti ini mungkin bisa dijadikan sebagai salah satu opsi jika memang penghapusan skripsi benar-benar diterapkan. Artinya mahasiswa tetap memiliki hasil sebuah karya ilmiah untuk meraih gelar sarjananya. Apapun yang nanti akan dilakukan mahasiswa, melakukan penelitian di laboratorium, penelitian di masyarakat, research gab, ataupun melakukan kegiatan kewirausahaan tetap harus dituangkan dalam bentuk tulisan sebagai karya ilmiah.

Penulisan skripsi juga mengajarkan prinsip penting lain yang menjadi unsur utama dalam riset, yakni integritas dan cara berfikir ilmiah.  Rektor Universitas Gadjah Mada, Dwikorita Karnawati berpendapat skripsi menjadi bagian penting sekaligus tak terpisahkan dalam proses pembelajaran di perguruan tinggi yang berbasis riset. Riset jadi salah satu cara pembuktian fakta dan hipotesis. Setiap riset memerlukan pondasi pelaksanaan prinsip kejujuran dalam proses pengembangan instrumen, pengumpulan data, analisis data hingga merancang kompleksitas argumentasi ilmiah. Ini menjadi bagian dari akuntabilitas akademik.(tempo, 30 Mei 2015)

Sedangkan Reni Marlinawati Anggota Komisi X DPR, wacana tersebut bukan solusi menghapuskan kecurangan hingga pemalsuan skripsi. Seharusnya yang dilakukan Kementerian Ristek dan Dikti adalah bukan mencari opsi tentang syarat lulus S1, tapi lebih pada peningkatan pengawasan terhadap Perguruan Tinggi (PT).

Ketetapan wacana tersebut sejauh ini belum dikeluarkan secara resmi oleh Kemenristek Dikti, kita berharap apapun ketetapan tersebut adalah yang terbaik untuk dunia pendidikan dan literasi di Indonesia. @

Selasa, 03 Maret 2015

Fiksi Maret



Duniaku


Ada seseorang yang boleh jadi hanya menetap dalam hidup kita saja, tidak bisa tinggal  dalam hati kita, dunia selalu penuh dengan misteri yang tidak dijelaskan..


“Aku mau teh dengan jahe, panas”
“Gula?”
Dia hanya mengangguk singkat tanpa ekspresi apapun. Piyu, dia Istriku. Setidaknya itu yang aku katakan padanya sejak 2 tahun ini. Kami tinggal bersama di apartemen yang Dia sewa. Aku membayar semua tagihan rekening dan kami berbagi dalam urusan makan. Setiap pagi dan malam Aku yang menyiapkan segala sesuatu yang akan menjadi menu hidangan makan kami, kecuali ketika Dia menginginkan makan diluar. Piyu, istriku, penggemar nasi goreng trasi tanpa saus dan kecap. Aku selalu menambahkan irisan cabe hijau dan tomat meskipun tidak pernah tersentuh dan Aku selalu menemukan irisan tersebut di piring sisa makannya. 
Piyu, istriku, penggemar kopi hitam, seperti juga Aku. Setiap pagi Aku selalu menyeduhkan kopi untuknya dan kami menikmati di ruang tengah atau teras berdua. Dia suka sekali kopi buatanku, tapi Aku tidak. Piyu tidak pernah bisa pas pada takarn gula dan kopinya. Ukuran cangkir yang sama tapi tidak dengan perbandingan takarannya. Terkadang gulanya sangat dominan, namun terkadang juga lebih mirip air putih yang terkontaminasi kopi hitam, encer.
“Yakin tidak ingin kopi?”
Dia hanya mengeleng singkat. Sekali lagi tanpa ekspresi apapun. Piyu, istriku. Dia karyawan pada perusahaan entertainment besar di kota ini. Dia sangat cerdas dan energik. Bulan pertama dia menjadi karyawan gajinya sudah hampir tiga kali lipat melebihi gajiku.  Meskipun dia tidak pernah mengganggap itu sesuatu yang penting, tapi aku selalu merasa dia luar biasa sekali. Setiap pagi, sore dan malam dia tidak pernah kehabisan cerita tentang pernak-pernik di entertainment. Aku selalu menjadi pendengar yang menyenangkan buat Dia dan memang cerita-cerita itu menjadi sesuatu yang kurindu ketika beberapa hari dia harus di luar kota. Aku merindukan ceritanya juga bibirnya.
Aku seorang penari. Aku menari pada setiap pementasan yang disana tari menjadi sesuatu yang bisa dinikmati penontonnya. Terkadang aku memerankan sebagai seorang laki-laki gagah perkasa, yang selalu menjadi pelindung wanita, selalu siap bertempur membela kebenaran dengan panah ataupun pedang terhunus. Aku mengenakan topeng ketika memerankan tokoh itu. Terkadang aku juga berperan sebagai tokoh seorang wanita, yang lemah lembut dan siap dilindungi. Aku akan berputar-putar diatas jari-jari kakiku, karen aku selalu berharap dunia akan berputar dengan kencang hingga akan berubahlah seluruh kodrat kehidupan, pada duniaku.
Sore ini, Istriku terlihat cantik dengan baju blues warna oranye. Ditambah pantulan sinar matahari sore yang meluncur menembus kaca balkon, pantulannya yang berbaur dengan warna oranye bluesnya menerpa wajahnya yang tirus. Piyu, istriku, meskipun kami tidak pernah terikat pada ritual pernikahan.
“Kita sudah sepakat, besok aku pulang ke rumah ibuku”
Aku meletakkan teh jahe yang dia pesan di meja. Aku mendengar kata-katanya tapi aku sama sekali tidak melihat ekspresi wajahnya.  
“Aku tahu itu”
Aku memahami Piyu. Dia seperti selendang koyak dibalik pembawaannya yang seperti bola karet. Ibunya abusive terhadapnya. Orang-orang disekitarnya mengganggap dia lemah. Mereka salah. Tanpa mereka Piyu adalah orang yang kuat. Disela cerita-cerita Piyu tentang dunia Entertainment yang membuatnya seperti bintang Dia  juga bercerita tentang dunianya yang sembab. Aku merasakan diriku bagai dinding ketika itu, yang tidak akan roboh untuk kelinci mungil seperti dia.
“Mengertilah.”
Tidak mudah menyuntikkan kata “mengertilah” pada tubuh yang telah meyerahkan segenap jiwa kepadanya. Dalam diamku, Aku adalah perengkuh cinta yang Aku tidak akan mampu melepaskannya. Tapi Aku menerima.
“Izinkan aku menangis. Aku bukan orang yang kuat seperti yang kamu bayangkan selama ini. Aku hancur kehilanganmu..”
“Kamu salah.. kamu orang yang sangat kuat, yang membuatku mampu menjalani hari. Aku lebih sakit darimu. Aku akan menikah dengannya, tapi kamu adalah suamiku sepanjang hidupku..”
***
Piyu, dia terlihat cantik di hari pernikahannya. Terlihat sangat anggun dengan gaun warna krem yang dipadu dengan brokat yang sangat elegan. Piyu, Dia istriku. Sekarang Dia bersanding dengan laki-laki pilihan ibunya.  Laki-laki itu kini menjadi bagian dari kehidupan Piyu. Tapi laki-laki itu tidak pernah menetap dihati Piyu. Aku tidak akan bisa melupakan setiap sore yang hangat yang kami lewati bersama dan memberiku sepotong mimpi indah.  Kami sepakat akan tetap menjadi pasangan suami istri dalam dunia kecil kami. Piyu, istriku, Dia akan sesakali mengunjungiku, lalu kami akan merasakan cinta kami kembali.
Piyu, istriku. Dia cantik sekali di hari pernikahannya. Aku memandanginya dari kejauhan. Sama seperti dirinya, aku juga mengenakan gaun brokat yang simple berlengan stali dengan sebuah corsage di dada. Warna gaunku lavender. Warna duka yang bertopeng romantisme.
@gemawiga.maret 2015


Selasa, 27 Januari 2015

BUKU AJAR




 

Untuk setiap mahasiswa yang ingin mempersembahkan
karya terbaiknya..



Assalamualaikum wr.wb.

Buku ini merupakan buku ajar yang penulis siapkan untuk perkuliahan Metodologi Penelitian bagi mahasiswa Akuntansi, STIE Widya Gama Lumajang.

Pada kesempatan ini penulis ingin mengutip apa yang disampaikan oleh Prof. Suwardjono pada acara Simposium Nasional Akuntansi XVII di Mataram. Berikut petikan tulisan  beliau:

Dalam latar belakang masalah penelitian, sebagian besar naskah yang bersifat pengujian hipotesis yang penulis review selama ini tidak mengajukan argumen dan teori sebagai tanggapan terhadap keterusikan (perplexity atau bewilderment) pikiran terhadap suatu fenomena atau keraguan (doubt) terhadap hasil penelitian sebelumnya. Pada umumnya hipotesis diajukan dengan mengacu, memilih, dan mendaftar berbagai hipotesis dalam penelitian-penelitan sebelumnya serta menunjukkan hasilnya kemudian mengajukan hipotesis dengan ungkapan “atas dasar uraian di atas, diajukan hipotesis sebagai berikut ...” Tidak ada penjelasan argumentatif yang mendukung arti penting pengujian hipotesis-hipotesis yang diajukan lebih dari sekadar pengujian kembali hipotesis pilihan yang sudah ada. Kalau toh beberapa konstruk (variabel) baru ditambahkan, tidak ada argumen yang valid dan mantap mengapa meretia ditambahkan dan apa implikasinya terhadap hasil penelitian yang sudah ada.

 

Jadi, kebanyakan naskah tidak menguraikan alasan yang cukup kuat mengapa suatu masalah pantas untuk diangkat menjadi penelitian.
Dengan demikian, penelitian sebenarnya menjadi sekadar latihan penelitian (research exercises) atau bahkan hanya latihan statistis (statistical exercises). Setelah membaca-baca hasil penelitian, peneliti tampaknya berpikiran: Ah saya punya atau dapat mengumpulkan data dan dapat membuat penelitian seperti itu.”. Masalah yang diteliti bukan timbul lantaran keterusikan terhadap suatu fenomena tetapi sekadar apa yang telah dikemukakan dan diteliti orang lain tanpa disertai keraguan dan sanggahan. Akibatnya simpulan-simpulan penelitian juga hanya mengulang apa yang telah diteliti sebelumnya bahkan hanya sebagian darinya. Paling-paling ada penjelasan “... hasil penelitian ini konsisten dengan penelitian sebelumnya” tanpa ada teori atau tujuan yang diarahkan untuk menentukan konsistensi tersebut. Tidak berarti bahwa peneliti tidak boleh mereplikasi penelitian. Kalau hal demikian dilakukan, harus ada argumen yang kuat yang dilandasi keraguan dan keterusikan yang tinggi mengapa suatu penelitian perlu direplikasi.


Pada “keterusikan” itulah yang diharapkan akan menggali ide bagi peneliti untuk menghasilkan penelitian yang mahakarya.  Penelitian dibuat bukan semata-mata gugur kewajiban untuk menyelesaikan skripsi, tapi lebih dari itu penulisan skripsi adalah implementasi apa yang mahasiswa sudah peroleh selama perkuliahan dan apa yang dapat mahasiswa berikan untuk almamater, untuk dunia pendidikan di penghujung studi strata satunya.



Buku ajar ini penulis susun dengan tidak terlepas dari referensi literatur buku-buku metode penelitian, sebut saja: Augusty Ferdinand, Mudrajad Kuncoro, Sugiyono, Uma Sekaran, Jogianto, Emory, Suwardjono (hand out dan makalah). Termasuk juga buku-buku tentang alat uji statistik SPSS dan AMOS: Singgih santoso dan Nugroho.

Buku ini terdiri dari 2 bagian, bagian isi adalah buku ajar yang disusun sesuai dengan kompetensi pembelajaran dan silabus metodologi penelitian. Bagian kedua adalah catatan lepas yang disajikan dengan tujuan memberikan gambaran dan contoh variasi model penelitian agar mahasiswa tidak terjebak hanya pada model pengujian regresi linier sederhana/berganda.

Sebagai Edisi perdana, penulis sangat menyadari buku ini masih jauh dari sempurna, baik dari tatacara penulisan buku ajar, isi materi, kedalaman diskusi maupun keluasan penyampaian konsep-konsep penelitian. Untuk itu besar harapan penulis akan adanya saran dan review dari pembaca, agar penulis dapat menyempurnakan pada edisi berikutnya.

Dengan rasa hormat saya sampaikan terimakasih untuk pihak yang telah berkenan mereview buku ini dan memberikan motivasi hingga terselesaikannya penulisan buku ajar ini.

Terakahir, harapan penulis, penyajian buku ini semoga dapat menunjang proses perkuliahan Metodologi Penelitian, sehingga mahasiswa dapat menyusun proposal dan laporan skripsi pada akhir masa perkuliahan dengan benar.

Semoga buku ini menjadi bacaan yang menyenangkan layaknya sebuah buku fiksi yang memberi hiburan bagi pembacanya.



Wassalam, Wr. Wb.

Ratna Wijayanti DP, SE, MM

Selasa, 30 Desember 2014

penelitian



POTRET PENELITIAN DOSEN:
HARAPAN & KENYATAAN

Dalam perguruan tinggi, dosen mempunyai peran penting berkaitan dengan mutu pendidikan yang diberikan oleh perguruan tinggi tersebut.  Peran tersebut dilaksanaakan dalam tiga fungsi dosen yang dikenal dengan Tri Dharma Perguruan Tinggi yang meliputi Pengajaran, Penelitian, dan Pengabdian pada Masyarakat.
Di antara ketiga fungsi dosen tersebut, penelitian mempunyai peran cukup vital, karena melalui penelitian, dosen dapat mengembangkan pengetahuan baru dan mengaplikasikannya dalam berbagai fenomena yang terjadi.  Hasil penelitian ini akan memperkaya khasanah keilmuan dosen dan meningkatkan kualitas pengajaran dosen di kelas.
Bagi perguruan tinggi, penelitian dosen selain menambah referensi pengetahuan, juga akan meningkatkan citra perguruan tinggi, menjadikan perguruan tinggi tersebut dikenal sebagai sumber  pengembangan ilmu pengetahuan.  Perguruan tingi diharapkan dapat memberikan kontribusi dalam memecahkan problema-problema pembangunan dalam memakmurkan dan mensejahterakan masyarakat.  Sehingga sebuah perguruan tinggi tanpa adanya aktifitas penelitian, maka patut dipertanyakan keberadaanya. Oleh karena itu, kegiatan penelitian harus terus dipacu, baik dari segi kualitas maupun kuantitasnya.
Ukuran Keberhasilan Penelitian
Ukuran keberhasilan penelitian berpijak pada dua pengakuan, yakni dari masyarakat luas, dan dari kalangan akademisi itu sendiri, yakni sesama peneliti diakui sebagai temuan yang valid, baru dan tajam. Untuk dapat mengetahui bahwa suatu penelitian dikatakan berhasil atau tidak, maka diperlukan standar atau ada ukuran-ukuran yang ditetapkan, yakni dengan melihat beberapa indikator sebagai berikut antara lain; Pertama, apabila hasil penelitian tersebut dapat dimanfaatkan oleh masyarakat dalam memecahkan persoalan yang sedang mereka hadapi. Karena hasil penelitian itu esensinya memang diarahkan untuk memecahkan problem yang sedang dialami masyarakat, sehingga ukuran keberhasilannya adalah sejauh mana penelitian tersebut diapresiasi oleh masyarakat, yaitu digunakan atau tidak.
Kondisi ideal di atas kalau dicross-checkan dengan keadaan riil yang ada, maka ada beberapa kendala yang secara umum menjadi persoalan penelitian antara lain, pertama, hasil penelitian kurang banyak dimanfaatkan masyarakat dan berulang-ulang, sehingga tidak ada kemajuan yang berarti. Kedua penelitian yang ada masih banyak didominasi corak penelitian yang bersifat literatur dan normatif, kurang bersifat empirik-realistis. Ketiga, masih minimnya pemahaman dosen tentang pentingnya penelitian yang nantinya akan digunakan untuk pengurusan kenaikan jabatan fungsuinal dosen. Keempat kemampuan dosen untuk melakukan penelitian juga masih rendah. Padahal dosen ketika mengajar seharusnya berdasarkan hasil telaah atau penelitian yang mereka lakukan. Kelima, rendahnya budaya untuk meneliti, sehingga kualitas skripsi juga memprihatinkan. Keenam, kurangnya kerjasama di bidang penelitian dengan lembaga lain. Dan yang terakhir adalah belum terintegrasinya kegiatan LPPM dengan penelitian, jadi masing-masing masih terpisah. Pengabdian masyarakat harusnya merupakan pengembangan dari hasil penelitian, tidak sekedar KKN yang membangun fisik di desa.
Kualitas Penelitian
Untuk dapat dikatakan dapat memenuhi kriteria sebagai peneliti yang mempunyai kompetensi yang memadai, ada beberapa skill yang harus dipenuhi antara lain: Pertama, kemampuan mengaitkan topik dengan kebutuhan aktual di masyarakat. Ini sangat penting, karena suatu penelitian biasanya didanai karena faktor ini, yakni "kejelian" untuk merespon dan mengemas isu-isu aktual ke dalam proposal penelitian. Kedua, penguasaan persoalan penelitian yang akan diteliti. Artinya kemampuan peneliti dalam mengukur kemampuannya melakukan analisis terhadap penelitiannya. Ketiga, penguasaan metodologi yang tepat. Metodologi ibarat alat, peneliti yang tidak mempunyai perspektif yang memadai akan metodologi penelitian, maka akan "kering" hasil penelitiannya, bahkan bisa salah. Peneliti harus memahami tentang metodologi dan pengetahuan yang luas sehingga dapat melakukan analisis yang tajam dan mendalam. Keempat, adanya komitmen dan integritas keilmuan. Integrtitas berartri ia berusaha jujur, yang benar dikatakan benar, begitupula sebaliknya. Banyak kasus penelitian yang dilakukan hanya dengan responden dan data yang imajiner atau fiktif. Sebagai peneliti yang mempunyai integritas, maka keadaan ini jelas tidak mungkin untuk dilakukan. Kelima, kemampuan menulis proposal yang jelas dan meyakinkan. Keenam, mampu menulis laporan dengan jelas dan benar. Kuncinya adalah laporan disusun dengan baik, relevan dengan masalah yang diangkat dan proporsional.
Upaya pengembangan
Sebagai upaya pengembangan penelitian diperlukan beberapa program untuk mendongkrak penelitian dosen. Program tersebut, antara lain dengan pemberian insentif pada penelitian, reward untuk penelitian/skripsi terbaik, reward untuk artikel penelitian terbaik di jurnal kampus (dosen/mahasiswa) dan pelatihan peningkatan kompetensi dosen dalam penelitian.
Disamping itu untuk meningkatkan mutu penelitian, maka perlu adanya peningkatan relevansi topik penelitian dengan persoalan aktual yang sedang dihadapi oleh masyarakat. Jadi penelitian yang dilakukan harus dapat ikut memberikan kontribusi dan menjadi problem solving terhadap permasalahan yang dihadapi masyarakat. Peningkatan kegiatan pengabdian masyarakat dengan menerapkan hasil penelitian.
Upaya lain adalah dengan mengikuti hibah penelitian yang didanai DIKTI. Salah satu hibah penelitian yang bisa diikuti oleh dosen STIE adalah Hibah Penelitian Dosen Pemula (PDP). Penelitian Dosen Pemula dimaksudkan sebagai kegiatan penelitian dalam rangka membina dan mengarahkan para peneliti pemula untuk meningkatkan kemampuan dalam melaksanakan penelitian di perguruan tinggi. Cakupan program ini adalah penelitian-penelitian yang dahulu diwadahi dalam Penelitian Dosen Muda dan Kajian Wanita yang meliputi bidang kesehatan, hukum, sosial-humaniora, pertanian, MIPA, pendidikan, rekayasa, ekonomi, keolahragaan, agama, sastra-filsafatpsikologi, seni, dan budaya. Penelitian ini diperuntukkan bagi dosen pemula yang belum berjabatan Lektor Kepala dan belum bergelar doktor dari perguruan tinggi dengan status perguruan tinggi binaan. Jumlah dana yang dialokasikan untuk penelitian ini adalah Rp. 10.000.000 s.d Rp. 15.000.000,- untuk setiap judul penelitian dengan waktu penelitian satu tahun.Program penelitian ini dikelola oleh Kopertis melalui koordinasi dengan Direktorat Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat (Ditlitabmas) Ditjen Dikti. Setelah penelitian selesai, para peneliti diwajibkan untuk menyerahkan laporan hasil penelitian, luaran publikasi ilmiah, dan diharapkan dapat melanjutkan penelitiannya ke program penelitian lain yang lebih tinggi
Keterlibatan Dosen STIE Widya Gama Dalam Penelitian Dosen
Jumlah dosen STIE Widya Gama yang memperoleh hibah peneletian dosen pemula tahun 2014 sebanyak 7 dosen untuk 4 judul penelitian. Selain itu juga tercatat 2 dosen yang luaran hasil penelitiannya lolos dalam seleksi sebagai pemakalah dalam seminar nasional hasil penelitian dan 1 dosen dalam seminar internasional. Bahkan dipenghujung tahun mahasiswa STIE Widya Gama Lumajang (Rakhmad Khariza) ikut berperan sebagai pemakalah dalam Seminar dan Ekspose Hasil Penelitian dan Pengabdian Masyarakat yang diselenggarakan oleh Kopertis Wilayah VII, tercatat juga 2 nama dosen yang lolos sebagai pemakalah dalam Seminar ini.
Jika dibandingkan dengan jumlah seluruh dosen (40 dosen tetap dan tidak tetap) STIE Widya Gama Lumajang, keterlibatan dosen dalam kegiatan penelitian dosen masih sangat kecil. Namun hal ini merupakan signal yang bagus untuk terus dipacu dan dikembangkan, untuk menumbuhkan minat meneliti bagi dosen yang lain. Kemampuan dosen STIE Widya Gama menembus ajang seminar nasional dan internasional sangat pantas untuk mendapatkan reward selain perhitungan angka kredit dalam Laporan Kinerja Dosen.
Penutup
Pemberian reward dan penghargaan, merupakan salah satu usaha untuk merangsang dan memacu semangat dosen supaya mereka dapat menghasilkan karya-karya yang bermutu. Jadi ukuran keberhasilanya adalah menghasilkan karya yang bermutu. Sedangkan pemberian reward dimaksudkan agar mereka giat dan terpacu dalam melakukan penelitian.***