Duniaku
Ada
seseorang yang boleh jadi hanya menetap dalam hidup kita saja, tidak bisa
tinggal dalam hati kita, dunia selalu
penuh dengan misteri yang tidak dijelaskan..
“Aku mau teh dengan jahe, panas”
“Gula?”
Dia hanya mengangguk singkat tanpa ekspresi apapun. Piyu,
dia Istriku. Setidaknya itu yang aku katakan padanya sejak 2 tahun ini. Kami
tinggal bersama di apartemen yang Dia sewa. Aku membayar semua tagihan rekening
dan kami berbagi dalam urusan makan. Setiap pagi dan malam Aku yang menyiapkan
segala sesuatu yang akan menjadi menu hidangan makan kami, kecuali ketika Dia
menginginkan makan diluar. Piyu, istriku, penggemar nasi goreng trasi tanpa
saus dan kecap. Aku selalu menambahkan irisan cabe hijau dan tomat meskipun
tidak pernah tersentuh dan Aku selalu menemukan irisan tersebut di piring sisa
makannya.
Piyu, istriku, penggemar kopi hitam, seperti juga Aku.
Setiap pagi Aku selalu menyeduhkan kopi untuknya dan kami menikmati di ruang
tengah atau teras berdua. Dia suka sekali kopi buatanku, tapi Aku tidak. Piyu
tidak pernah bisa pas pada takarn gula dan kopinya. Ukuran cangkir yang sama
tapi tidak dengan perbandingan takarannya. Terkadang gulanya sangat dominan,
namun terkadang juga lebih mirip air putih yang terkontaminasi kopi hitam,
encer.
“Yakin tidak ingin kopi?”
Dia hanya mengeleng singkat. Sekali lagi tanpa ekspresi
apapun. Piyu, istriku. Dia karyawan pada perusahaan entertainment besar di kota ini. Dia sangat cerdas dan energik.
Bulan pertama dia menjadi karyawan gajinya sudah hampir tiga kali lipat
melebihi gajiku. Meskipun dia tidak
pernah mengganggap itu sesuatu yang penting, tapi aku selalu merasa dia luar
biasa sekali. Setiap pagi, sore dan malam dia tidak pernah kehabisan cerita
tentang pernak-pernik di entertainment.
Aku selalu menjadi pendengar yang menyenangkan buat Dia dan memang
cerita-cerita itu menjadi sesuatu yang kurindu ketika beberapa hari dia harus
di luar kota. Aku merindukan ceritanya juga bibirnya.
Aku seorang penari. Aku menari pada setiap pementasan yang
disana tari menjadi sesuatu yang bisa dinikmati penontonnya. Terkadang aku
memerankan sebagai seorang laki-laki gagah perkasa, yang selalu menjadi
pelindung wanita, selalu siap bertempur membela kebenaran dengan panah ataupun
pedang terhunus. Aku mengenakan topeng ketika memerankan tokoh itu. Terkadang
aku juga berperan sebagai tokoh seorang wanita, yang lemah lembut dan siap
dilindungi. Aku akan berputar-putar diatas jari-jari kakiku, karen aku selalu
berharap dunia akan berputar dengan kencang hingga akan berubahlah seluruh
kodrat kehidupan, pada duniaku.
Sore ini, Istriku terlihat cantik dengan baju blues warna
oranye. Ditambah pantulan sinar matahari sore yang meluncur menembus kaca
balkon, pantulannya yang berbaur dengan warna oranye bluesnya menerpa wajahnya
yang tirus. Piyu, istriku, meskipun kami tidak pernah terikat pada ritual
pernikahan.
“Kita sudah sepakat, besok aku pulang ke rumah ibuku”
Aku meletakkan teh jahe yang dia pesan di meja. Aku
mendengar kata-katanya tapi aku sama sekali tidak melihat ekspresi wajahnya.
“Aku tahu itu”
Aku memahami Piyu. Dia seperti selendang koyak dibalik
pembawaannya yang seperti bola karet. Ibunya abusive terhadapnya. Orang-orang disekitarnya mengganggap dia
lemah. Mereka salah. Tanpa mereka Piyu adalah orang yang kuat. Disela
cerita-cerita Piyu tentang dunia Entertainment
yang membuatnya seperti bintang Dia juga
bercerita tentang dunianya yang sembab. Aku merasakan diriku bagai dinding
ketika itu, yang tidak akan roboh untuk kelinci mungil seperti dia.
“Mengertilah.”
Tidak mudah menyuntikkan kata “mengertilah” pada tubuh yang
telah meyerahkan segenap jiwa kepadanya. Dalam diamku, Aku adalah perengkuh
cinta yang Aku tidak akan mampu melepaskannya. Tapi Aku menerima.
“Izinkan aku menangis. Aku bukan orang yang kuat seperti
yang kamu bayangkan selama ini. Aku hancur kehilanganmu..”
“Kamu salah.. kamu orang yang sangat kuat, yang membuatku
mampu menjalani hari. Aku lebih sakit darimu. Aku akan menikah dengannya, tapi
kamu adalah suamiku sepanjang hidupku..”
***
Piyu, dia terlihat cantik di hari pernikahannya. Terlihat
sangat anggun dengan gaun warna krem yang dipadu dengan brokat yang sangat
elegan. Piyu, Dia istriku. Sekarang Dia bersanding dengan laki-laki pilihan
ibunya. Laki-laki itu kini menjadi
bagian dari kehidupan Piyu. Tapi laki-laki itu tidak pernah menetap dihati
Piyu. Aku tidak akan bisa melupakan setiap sore yang hangat yang kami lewati
bersama dan memberiku sepotong mimpi indah.
Kami sepakat akan tetap menjadi pasangan suami istri dalam dunia kecil
kami. Piyu, istriku, Dia akan sesakali mengunjungiku, lalu kami akan merasakan
cinta kami kembali.
Piyu, istriku. Dia cantik sekali di hari pernikahannya. Aku
memandanginya dari kejauhan. Sama seperti dirinya, aku juga mengenakan gaun
brokat yang simple berlengan stali dengan sebuah corsage di dada. Warna gaunku lavender. Warna duka yang bertopeng
romantisme.
@gemawiga.maret 2015
Tidak ada komentar:
Posting Komentar